Kisah inspiratif
santri deso menjadi Bos sukses
Ini sebuah cerita tentang seorang pemuda yang luar biasa yang punya semangat luar biasa. Bahkan dia tidak pernah terlihat lemas, lesu atau galau dia selalu tampil ceria dengan guyonan-guyonan ilmiahnya. Dia adalah seorang pemuda dari madiun bernama Udin seorang anak dari desa yang hidup dan dibesarkan di lingkungan pesantren. bahkan ada yang mengatakan dia lahir juga di pesantren, karena memang rumahnya dekat pesantren. dia di kenal sebagai anak yang cerdas dan cekatan, tapi dia berasal dari keluarga yang secara ekonomi biasa-biasa saja, sehingga ketika dia lulus dari SMA dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah karena memang tidak ada biaya akhirnya dia memutuskan untuk mengabdi di pesantren.
Di pesantren dia diamanahi oleh pak kyai untuk memegang pesantren anak-anak, yatim yakni ngurusi anak-anak, mulai nyucikan bajunya, memasakkan, dan kadang mohon maaf dia juga harus nyeboki anak yang habis BAB. Hari-harinya di habiskan untuk melayani anak-anak yatim, dan itu tidak di bayar. Walaupun begitu udin tidak pernah merasa mengeluh bahkan dia senang bisa melakukan kegiatan itu, karena janji rosullullah bahwa orang yang melayani dan memelihara anak yatim kelak akan berada satu surga dengan rosulullah bahkan antara rosul dengan orang yang memelihara anak yatim seperti jarak dua jari tangan di surga nanti jadi sangat dekat sekali. Itulah yang membuatnya dengan senang hati melaksanakan pekerjaanya itu.
Sampai akhirnya di suatu malam ba’da shalat maghrib dia dipanggil oleh ustadznya yakni ustadz kholis.untuk mengahadap ke kantor pesantren. ternyata disana dia ditawari untuk ikut seleksi program beasiswa yang diadakan oleh departemen agama untuk santri berprestasi. Awalnya dia merasa ragu karena sudah hampir satu tahun dia tidak membuka buku pelajaran SMA. Sedangakan Tes seleksinya harus mengerjakan soal-soal SMA . akan tetapi dalam dirinya sebenarnya dia ingin sekali kuliah. Tapi karena kondisi keluarganya yang kurang mampu yang membuat dia tidak bisa kuliah. Akhirnya dia putuskan akan menjawab tawaran itu kalau kedua orang tuanya sudah mengizinkan.
Dengan segera dia menemui kedua orang tuanya dan mengungkapkan keinginannya untuk kuliah dan juga tawaran ustadznya tentang beasiswa kuliah. Dan ternyata kedua orang tuanya tidak mengizinkan, “ lee kuliah kuwi biayane akeh, walaupun iku beasiswa tapi bayare tetep akeh, bapak lan ibu gak iso bayari, awakmu ngabdi ae neng pesantren insyaallah barokah” ( nak, kuliah itu biayanya besar, walaupun itu beasiswa tapi bayarnya tetap banyak bapak dan ibu tidak mampu untuk membayar, lebih baik amu mengabdi di pesantren insyaallah berkah). Mendengar ungkapan kedua orang tuanya itu udin menjadi putus harapan dan menyampaikan pesan orangtuanya itu kepada ustadznya.
Kemudian dia kembali ke pesantren untuk melanjutkan tugas –tugas nya, Udin ini termasuk orang yang tidak pernah meninggalkan shalat dhuha dan juga tahajud. Setiap ba’da shalat dia selalu memohon kepada Allah supaya diberikan keberkahan disetiap langkah hidupnya. Dia menyadari kalaupun memang menurut Allah hidupnya lebih berkah di pesantren dia menerima dengan senang hati walaupun sebenarnya dia ngebet banget untuk kuliah.
Saat itu waktu seleksi beasiswa tinggal 3 minggu, teman-teman Udin yang lain dengan segera mengumpulkan persyaratan yang di perlukan, sedangkan Udin hanya bisa melihat dan mendoakan semoga teman-temannya sukses. Dalam hatinya ternyata masih tersisip rasa kecewa karena tidak di izinkan untuk mengikuti tes beasiswa itu. Dalam kesendiriannya itu t tiba – tiba temannya kang Hafidz memanggil “ Din dipanggil bapak”, “ lo ada apa to??” , “ wis to sekarang kamu pulang aja “. Kemudian dia pulang dalam benaknya mungkin bapak lagi butuh bantuan, biasanya kalau memanggil berarti ada pekerjaan yang harus dilakukan Udin. Setelah sampai di rumah dia disodori sebuah map oleh bapaknya, setelah dia buka ternyata isinya persyaratan pendaftaran seleksi beasiswa, “ Lee budalo bapak lan ibu mek iso dungakne muga2 sukses” mendengar itu Udin hanya bisa menangis dan memeluk bapaknya.” Matur nuwun pak”
Ternyata diam-diam ustadz kholis berusaha meyakinkan orang tua udin supaya mendukung udin untuk daftar beasiswa. Dan segera dia bergabung dengan 9 temannya yakni adik kelasnya dan beberapa teman satu angktannya yang juga di rekomendasikan untuk daftar seleksi. Dan kemudian persyaratan administrasi di setorkan dan ujian seleksi kurang 2 minggu lagi. Udin segera dia membuka buku-buku SMAnya dan ternyata sudah banyak materi pelajaran yang dia sudah lupa karena sudah satu tahun tidak pernah membukanya, dia pelajari kumpulan soal-soal Ujian nasional.selama 2 minggu dia focus untuk belajar dan juga berdoa “ Ya Allah jika memang kuliah ini baik untuk hamba maka luluskanlah ya Allah tapi jika sebaliknya jangan engkau luluskan ya Allah hanya yang tahu yang terbaik untuk hamba“. Dia pasrahkan semuanya kepada Allah apapun yang terjadi.
Sampailah saat – saat ujian tiba dia bersama 9 temannya yang lain pergi ke surabaya untuk mengikuti seleksi beasiswa. Saat itu delegasi dari pondok ada 10 orang.mereka berangkat jam 9 pagi dan samapi surabaya jam 14.00. Saat sampai di tempat tujuan dia sangat minder karena melihat anak-anak dari Sekolah yang lain yang tampilannya keren, memakai jas dab baju yang rapi, kelihatan jenius banget, sedangkan dirinya hanya memakai baju lusuh yang belum di setrika dan memakai sandal, itupun sandal pinjaman dari teman pondoknya. Ujian akan di mulai keesokan harinya. Dan saat itu dia baru tahu ternyata ujiannya harus memakai sepatu, diantaranya 9 temannya semua memakai sepetu hanya dirinya yang tidak bawa sepatu karena memang tidak punya sepatu. Dia bingung sekali sampai dia mencari-cari di tempat sampah berharap ada sepatu bekas yang di buang dan bisa dia pakai. Namun sampai malam tidak ada sepatu yang dia temukan. Ketika teman-temannya khusu’ belajar untuk persiapan ujian, dia malah bingung memutar otaknya bagaimana supaya besuk ujian dia bisa memakai sepatu. Mau beli tapi dia tidak bawa uang banyak , uangnya hanya cukup untuk makan dan biaya pulang, dan akhirnya dia pasrahkan kepada Allah apapun yang terjadi besuk. Kemudian dia tidur, sebalum tidur seperti biasa dia membaca al quran supaya bisa bangun malam.
Keseokan harinya baru dia punya ide yakni meminjam sepatu dari karyawan di tempat dia ujian. Dengan rai gedek (istilah jawa) dia memberanikan diri untuk pinjam sepatu dan Alhamdulillah diijinkan. Saat itu akhirnya dia bisa bernafas lega. Dan bisa mengikuti ujian, ujian dimuai jam 08.00 sampai jam 17.00 ada 5 kategori soal yang di ujikan yakni soal TPA, soal IPA, soal Matematika, bahasa inggris dan soal kepesantrenan. Dia begitu terkejut ternyata soal yang keluar jauh dari apa yang dia pelajari, praktis dari 5 kategori soal tadi hanya soal kepesantrenan yang bisa dia kerjakan dengan mantab. Saat dia keluar pesimis bisa lulus, karena memang jawabannya banyak ngawur.
Akhirnya dia pulang dengan kepala tegak semua hasilnya dia pasrahkan kepada Allah, kalau meliaht soal tadi, harapannya sangat kecil bisa lulus. Tapi jika Allah sudah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin. Singkat cerita setelah satu bulan berselang pengumuman keluar dan benar AJAIB dari 10 pendaftar dari pesantrennya hanya Dia yang di terima.
“UDIN selamat ya, kamu di terima di jurusan SASTRA INGGRIS UNAIR” ucapan selamat dari ustadz kholis. Saat itu dia hanya bisa mengalirkan air mata dalam sujudnya. Dia tidak menyangka impiannya untuk kuliah benar-benar terwujud.
Dan selama kuliah udin benar-benar menjadi tokoh, walaupun awalnya dia seorang anak desa yang kampungan tapi setelah kuliah dia menjadi salah satu pemimpin dikampus dan tokuh teladan, tidak hanya dikampus di luar kampus juga menjadi ketua forum santri nasional. setelah lulus dia langsung di amanahi untuk memegang sebuah yayasan yatim, sehingga sekarang dia menjadi direktur pelaksana yayasan tersebut. Dia juga menjadi trainer dan aktif menulis dan sekarang sudah terbit satu buku karyannya.
Jangan mudah menyerah kawan karena jika kita bersungguh – sungguh insyaallah Allah akan memberikan yang terbaik. MAN JADDA WAJADDA